“Bahwa hidup
harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus dimengerti, pengertian
yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.” – Tere Liye.
“Daun yang
jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarka dirinya jatuh begitu saja. Tak
melawan, mengikhlaskan semuanya.” – Tere Liye (Daun Yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin)
“Orang yang
memendam perasaan seringklali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai
semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk
menghubungkan banyak hal agae hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu
ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.”
– Tere Liye (Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)
“Yakinlah,
wanita-wanita soleha yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah,
bersedekah dan berkongsi, berbuat baik dan bersyukur. Kelak dihari akhir
sungguh akan menjadi bidadai-bidadari syurga. Dan kabar baik itu pastilah
benar, bidadari syurga paranya cantik luar biasa.” – Tere Liye
(Bidadari-Bidadari Surga).
“Begitulah
kehidupan, ada yang kita tahu, ada pula yang tidak kita tahu. Yakinlah.. dengan
ktidak tahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja
Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri.” – Tere Liye (Rembulan
Tenggelam Di Wajahmu).
“Cinta adalah
perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong.” – Tere Liye (Kau,
Aku dan Sepucuk Angpau Merah).
“Hidup harus
terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar
waktu yang menjadi obat.” – Tere Liye (Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah).
“Masa lalu
selamanya tidak akan pernah menang, karena ia selalu ada dibelakang..” – Tere
Liye.
“Andaikata semua kehidupan ini
menyakitkan, maka di luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang
menyenangkan. Kemudian kau akan membenak pasti ada sesuatu yang jauh lebih
indah dari menatap rembulan di langit. Kau tidak tahu apa itu, karna ilmumu
terbatas. Kau hanya yakin , bila tidak di kehidupan ini suatu saat nanti pasti
akan ada yang lebih mempesona dibanding menatap sepotong rembulan yang sedang
bersinar indah.” – Tere Liye (Rembulan Tenggelam Di
Wajahmu).
“Cinta itu
macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari
meskipun musiknya telah lama berhenti..” – Tere Liye (Kau, Aku dan Sepucuk
Angpau Merah).
“Suatu saat
jika kau beruntung menemukan cinta sejatimu. Ketika kalian saling bertatap
untuk pertama kalinya, waktu akan berhenti. Seluruh semesta alam takzim
menyampaikan salam. Ada caaya keindahan yang menyemberut, menggertarkan
jantung. Hanya orang-orang yang beruntung yang bisa melihat cahaya itu, apalagi
berkesempatan bisa merasakannya.” – Tere Liye (Berjuta Rasanya).
“Sepanjang
kita yakin telah melakukan sesuatu dengan baik, selalu belajar untuk lebih
baik, terbuka dengan masukan, rasa nyaman dan tentram itu akan datang.
Kemuliaan hidup tidak pernah tertukar.” – Tere Liye.
“Buku yang
baik tidak pernah dilihat dari sampulnya, bukan??” – Tere Liye (Elliana)
“Semua orang selalu diberikan kesempatan untuk
kembali. Sebelum maut menjemput, sebelum semuanya benar-benar terlambat. Setiap
manusia diberikan kesempatan mendapatkan penjelasan atas berbagai pertanyaan
yang mengganjal hidupnya.”
- Tere Liye, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
- Tere Liye, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
“Menangis
tidak selalu simbol lemah tak berdaya. Menangis dalam situasi tertentu justru
adalah simbol kekuatan, kesabaran, dan kehormatan.” – Tere Liye.
“Hidup ini
adalah perjalanan panjang dan tidak selalu mulus. Pada hari ke berapa dan pada
jam ke berapa, kita tidak pernah tau, rasa sakit apa yang harus kita lalui.
Kita tidak tau, kapan hidup akan membanting kita dalam sekali, membuat
terduduk, untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan. Satu, dua keputusan
itu membuat bangga, sedangkan sisanya lebih banyak menghasilkan penyesalan.” –
Tere Liye (Pulang).
“Anak
laki-laki yang baik tidak pernah meneriaki wanita apalagi membuatnya sedih dan
tersakiti.” – Tere Liye (Ayahku Bukan Pembohong).
“Jadilah orang
yang selalu memberikan kalimat-kalimat positif, semangat untuk orang banyak.
Maka, semoga itulah yang akan mantul kembali kepada kita.” – Tere Liye.
“Akan selalu
ada hari-hari menyakitkan dan kita tidak tahu kapan hari itu menghantam kita.
Tapi, akan selalu ada hari-hari berikutnya, memulai bab yang baru bersama
matahari terbit.” – Tere Liye (Pulang).
“Apapun yang
terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat. Apapun yang hilang, tidak
selalu lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali jawaban dari
tempat-tempat yang hilang.” – Tere Liye.
“Apa yang
terjadi jika hujan tidak pernah turun lagi? Apa yang terjadi jika kamu tidak
pernah mengingatku lagi, seperti orang-orang yang lupa tentang hujan?” – Tere
Liye (Hujan).
“Apalah arti
cinta? Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?
Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci
dan tidak menuntut apapun?” – Tere Liye (Rindu).
“Apapun yang
kita putuskan, orang-orang tetap saja demikian. Jadi, biarkan saja orang-orang
sibuk dengan masalah mereka sendiri. Kita memilih fokus terus melakukan yang
terbaik dan terus memperbaiki diri.” – Tere Liye.
“Berasumsi
dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik,
padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan.” – Tere Liye
(Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah).
“Berhentilah
bertanya bagaimana menemukan pasangan yang baik. Mulailah menjadi orang yang
baik dan terus lebih baik. Maka dengan sendirinya akan ditemukan.” – Tere Liye.
“Carilah
orang-orang yang tidak mudah bilang suka, tapi, saat bilang. Dia langsung bawa
satu rombongan keluarga.” – Tere Liye.
“Bersabar dan
diam lebih baik. Jika memang jodoh akan terbuka sendiri jalan terbaiknya. Jika
tidak, akan digantikan dengan orang yang lebih baik.” – Tere Liye (Rindu).
“Cinta pertama
itu tidak spesial, karena yang paling spesial adalah cinta terakgir dan itu
selama-lamanya. Tetapi, jika ka;ian beruntung, akan lebih spesial lagi jika
cinta pertama itu sekaligus menjadi cinta terakhir dan selama-lamanya.” – Tere
Liye.
“Cinta sejati
selalu datang pada orang-orang yang berharap berjumpa padanya dan tak pernah
berputus asa.” – Tere Liye (Berjuta Rasanya).
“Cukup ajaran agama sebagai petunjuk
hidup kita. Tidak perlu paham yang lain. Cukup kitab suci, hadits-hadits sahih
yang menjadi pedoman, tidak butuh isme-isme, ajaran-ajaran lainnya. Banggalah
dengan identitas agama kita. Bahkan saat kita di tempat jauh, di negeri-negeri
orang, sendirian.” – Tere Liye (Negeri Para
Bedebah).
“Dengan
berprasangka baik saja, hati kau masih ketar-ketir memendam duga, menyusun
harap. Apalagi, dengan prasangka negatif, tambah kusut lagi perasaan kau.” –
Tere Liye (Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah).
“Dengan terus
melangkah, cepat atau lambat, semua beban kenangan akan tertinggal di
belakang.” – Tere Liye.
0 komentar:
Posting Komentar