HASIL PENGAMATAN INDENTIFIKASI
BAHAN PENYUSUN TANAH
(LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN
TANAH)
Nama
kelompok:
Imam
Imroni (361541311063)
M.
Ricky Jaya S (361541311064)
Eny
Anggraini (361541311043)
Yenita
Ayu N (361541311062)
Eka
Nur Ainiyah (361541311057)
PROGRAM STUDI
D-IV AGRIBISNIS
POLITEKNIK
NEGERI BANYUWANGI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Tanah merupakan tempat
tinggal milyaran makhluk hidup yang sangat berperan dalam menjaga kelangsungan
hidup dibumi. Tanah merupakan campuran batuan yang lapuk, penguraian bahan
organik, mineral, air, dan udara. Tanah terbentuk karena adanya pelapukan
fisik, kimia dan biologis.
Setiap orang berkepentingan terhadap tanah. Tanah
sebagai sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai
macam aktivitas guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanah sebagai sumberdaya yang
digunakan untuk keperluan pertanian dapat bersifat sebagai sumberdaya yang
dapat pulih (reversible) dan dapat pula sebagai sumberdaya yang dapat
habis (Santoso, 1991). Dalam usaha pertanian tanah mempunyai fungsi utama
sebagai sumber penggunaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,
dan sebagai tempat tumbuh dan berpegangnya akar serta tempat penyimpan air yang
sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup tumbuhan.
Pada awal budidaya pertanian, hara
yang diperlukan untuk produksi tanaman hanya mengandalkan sumber alami dari
tanah, baik yang bersumber dari bahan organik dan dari bahan mineral tanah,
tanpa adanya pasokan hara dari luar. Namun, jika penggunaan tanah secara terus
menerus dan penggunaan pupuk kimia secara berlebihan akan membuat unsur-unsur
yang ada didalam tanah tidak dapat pulih dengan cepat, bahkan struktur tanah
akan mengalami kematian.
1.2 Rumusan masalah
1.
Berapa pH tanah dilahan
dalam dan luar gedung 454?
2.
Tanaman apa yang
cocok ditanam di lahan tersebut?
3.
Bahan penyusun
tanah apa saja yang ada dilahan tersebut?
4.
Bagaimana tabel
pengamatan dari setiap sampel tanah?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui pH
tanah dilahan dalam dan luar gedung 454
2.
Mengetahui
tanaman apa saja yang cocok ditanam dilahan tersebut.
3.
Mengetahui bahan
penyusun tanah yang ada dilahan tersebut.
4.
Mengetahui tabel
pengamatan dari setiap sampel tanah.
BAB II
METODOLOGI
A. Alat dan
bahan
A.1 Alat
· Cangkul
/ sekop
· Penggaris
· Rotari
· Sendok
pengaduk
· Kertas
lakmus
· Akua gelas
bekas
A.2 Bahan
· Sempel tanah dengan kedalaman 20 cm yang
terdapat di lahan dalam dan lahan luar.
B. Langkah-langkah
praktikum
1. Siapakan
alat berupa cangkul atau rotari untuk mengambil sampel tanah dan penggaris
untuk mengukur kedalaman tanah.
2. Menggali
tanah hingga kedalaman 20 cm.
3. Mengambil
sempel tanah secukupnya dan dimasukan ke dalam akua gelas bekas yang sudah
disiapkan.
4. Campur sampel
tanah dengan.
5. Aduk
tanah hingga larut,diamkan beberapa menit hingga tanah mengendap dan terpisah
antara air dan tanah.
6. Setelah
tanah mengendap masukan alat ukur pH tanah,setelah itu diamkan alat ukur pH
tanah lalu kibaskan sampai tidak ada air yang menempel.
7. Cocokkan
hasil alat ukur dengan indikator pH yang telah tersedia pada kotak pengukuran.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Nurmasyitah,
Syafruddin, dan Muhammad Sayuthi (2013) menyatakan bahwa secara mandiri jenis
tanah mempengaruhi nilai pH, P-tersedia, dan KTK, jenis tanah dengan tingkat
kesuburan yang rendah adalah tanah ultisol buket rata. Pemberian dosis FMA
mampu meningkatkan nilai pH, P-tersedia, dan KTK dibandungkan dengan tanpa
pemberian FMA.
Menurut Nini Mila Rahni (2012)
menyatakan bahwa dengan atau tanpa pemberian pupuk hayati dan pupuk hijau
memberikan respons yang berbeda terhadap karakteristik pertumbuhan tanaman,
komponen hasil dan hasil tanaman jagung pada tanah ultisols. Pemberian ini
berpengaruh pada karakteristik pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan hasil
panen.
Menurut
Adimihardja A, I. Juarsah dan U Kurnia (2000) menyatakan bahwa pemberian
berbagai jenis dan takaran pupuk kandang (sapi, ayam dan kambing) dapat
memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu menurunkan bobot isi serta meningkatkan
porositas tanah dan laju permeabilitas.
Menurut
Yulnafatmawita, So, H.B,. Dalal, R. C,. Dan Menzies, N. W. (2003) menyatakan
bahwa dengan semakin intensifnya pengolahan tanah, maka semakin tinggi CO2 yang diemisikan
keudara sebagai akibat dari oksidasi BO.
Menurut
Darmawijaya (1990) bahwa, tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas menduduki
sebaguan besar permukaan pelanet bumi,yang mampu menumbuhkan tanaman dan
memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasat hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu
pula.
Menurut Hakim (1986) bahwa, larutan
mempunyai pH 7 disebut netral,lebih kecil dari 7 disebut masam,dan lebih besar
dari 7 disebut basa.Reaksi tanah ini sangat menunjukan tentang keadaan atau
status kimia tanah.Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologis.
Menurut Aminiarin (2013) bahwa, kolorimeter
adalah penentuan pH tanah dengan menggunakan indikator warna seperti kertas
lakmus, kertas pH, dan pH stick. Fungsi dari menggunakan alat dengan metode
kolorimeter yaitu untuk mengetahui pH tanah dengan berdasarkan warna yang
diperoleh.
Menurut Hardjowigeno (2007) bahwa, pentingnya
pH adalah menentukan mudah tidaknya unsur – unsur hara diserap tanaman. Pada
umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral,
karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah
masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al,
sedang pada tanah alkalis unsur P juga dapat diserap tanaman karena difiksasi
oeh Ca.
Menurut Rappang (2011) bahwa, manfaat dengan
mengetahui pH tanah pada bidang pertanian adalah dengan mengetahui pH tanah
akan menjadikan kegiatan pertanian lebih mudah karena telah mengetahui jenis
maupun kandungan asam dan basa tanah, sehingga dapat menentukan komoditas apa
yang cocok dibudidayakan pada tanah tersebut.
Menurut Brady danWeil(2002) bahwa, tanahhutan
hujan tropisumumnyasangatlapukStatustanahkarena kondisiiklim. pHtanahmempengaruhi
semuabiologi, kimia danfisik tanahproperti. pH
tanahmempengaruhisemuafisik, biologi dan kimiasifat-sifat tanah.
Menurut
Provin et al (2001) bahwa, pH tanah
mungkin dapat mempengaruhi kelarutan garam dan kadar air tanah. Tanah alkalin
lebih akan memiliki lebih sedikit garam larut.
Menurut Jelic et al(2010) bahwa,
peningkatanpH
tanahuntuknilainetralcenderungmeningkatkan kandunganbiomassamikrobatanah
danmeningkatkanaktivitas mikrobayangmenyebabkan peningkatankandunganFedalam
tanah. KandunganFememilikikorelasi yang signifikandenganpHtanah.
Menurut Miller dan Donahue, 1992; Tisdale et al; 1993, Greenland, 1981, White (1979)
bahwa, tanah asam kuat pH4.0 – 5.0 memiliki konsentrasi tinggi aluminium larut
(Al3+) ion dan mangan, yang mungkin beracun untukpertumbuhan
beberapa tanaman, Berbagai pH sekitar 6-7 mempromosikan paling tersedia nutrisi
tanaman, sementara pH di atas 7 (basa) mengurangi kemampuan tanaman untuk menyerap
unsur-unsur seperti besi, mangan, boron dan elemen lainnya.
Menurut Tisdale et
al (1993) bahwa, keasaman tanah berarti bahwa ion hidrogen (H+)
dan ion Aluminium (Al3+) konsentrasi tanah yang tinggi sementara
Alkalinitas menyiratkan bahwa konsentrasi mereka rendah. lagi larut nutrisi mineral
sangat dipengaruhi oleh pH tanah, fosfor tidak pernah mudah larut dalam tanah
tetapi yang paling tersedia dalam tanah dengan berbagai pH yang berpusat di sekitar
6,5.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
pH tanah didalam dan diluar gedung 454
Hasil
Praktikum
Tabel
Pengujian Tanah
NO
|
LOKASI
|
INDIKATOR
|
pH
|
1
|
Lahan dalam
|
Tanah dengan kedalaman 20
cm
|
6
|
2
|
Lahan luar
|
Tanah dengan kedalaman 20
cm
|
6
|
Tabel
diatas menunjukkan sampel tanah yang berada pada kedalaman 20 m yang berada di
dalam maupun luar memiliki pH sama yaitu 6.
4.1.1 Pembahasan
Tanah merupakan bagian penting dari kegiatan
pertanian, karena tnah digunakan sebagai salah satu media tanam. Tanah
dikategorikan ideal atau tidak ideal untuk ditanami diliahtberdasarkan pH-nya.
Tanah dengan pH dibawah 6 memiliki sifat keasaman dan tidak ideal sebagai mdia
tanam, pH dengan jumlah 6-7 bersifat netral, tanah inilah yang ideal sebagai
media tanam. Sedangkan tanah dengan pH diatas 7 memiliki sifat basa.
Praktikum pengujian pH tanah yang dilakukan
menunjukkan bahwa sampel tanah yang diambil memiliki pH 6, berarti tanah yang
diambil sampelnya bersifat asam. Tanah dengan pH 6 cukup ideal sebagai media tumbuh
dan berkembangnya tanaman. Sedangkan tanah yang ideal sebagai media tanam
adalah tanh yang memiliki pH 7.
4.2 Bahan penyusun tanah
Bahan penyusun tanah
merupakan sebuah lapisan-lapisan yang membentuk tanah. Bahan penyusun tanah
secara umum terdiri dari, bagian bawah yaitu pasir, batu, krikil dll, bagian
tengah yaitu tanah liat, bagian paling atas yaitu humus. Setiap bagian yang ada
didalam tanah bisa diketahui dengan cara memotong tanah dan mengindentifikasikannya
ataupun dengan cara menggunakan alat ukur plastik. Dalam menentukan presentase
lapisan bahan penyusun lahan dapat dilakukan dengan rumus, sebagai berikut:
Pasir : Panjang
lapisan pasir X 100%
Jumlah panjang seluruh
lapisan
Tanah liat : Panjang
lapisan Tanah liat X 100%
Jumlah panjang seluruh
lapisan
Humus : Panjang
lapisan humusX 100%
Jumlah panjang seluruh
lapisan
Jumlah
panjang diperoleh dari = lapisan pasir +
lapisan tanah liat + lapisan humus
4.3Pengindentifikasian
Tanah di Lahan Politeknik Negeri Banyuwangi
Tabel pengamatan sampel tanah 1 (Dilahan)
No
|
Nama Bahan Penyusun
|
Kedalaman tanah
|
Keterangan
|
|||||
20 cm
|
40 cm
|
60 cm
|
||||||
P
|
%
|
P
|
%
|
P
|
%
|
|||
1
|
Pasir
|
20
|
60,6%
|
21
|
60,9 %
|
18
|
53,7 %
|
Terdiri dari batu kecil
|
2
|
Tanah
Liat
|
9,5
|
28,8%
|
6
|
17,4 %
|
10
|
29,9 %
|
-
|
3
|
Humus
|
3,5
|
10,6%
|
7.5
|
21,7 %
|
5,5
|
16,4 %
|
-
|
Jumlah
|
33
|
100 %
|
34,5
|
100 %
|
33,5
|
100 %
|
-
|
Dalam satuan cm
Gambar sampel tanah
Sampel Tanah kedalaman 20 cm
|
Sampel Tanah kedalaman 40 cm
|
Sampel Tanah kedalaman 60 cm
|
Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa kandungan penyusun tanah pada sampel tanah kedalam 20 cm
memiliki kandungan pasir yang cukup tinggi yaitu sebesar 60,6%, tanah liat
sebesar 28,8% dan kandungan humus yang rendah yaitu sebesar 10,6%. Sementara,
sampel tanah dengan kedalam 40 cm memiliki kandungan pasir yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sampel 20 cm yaitu sebesar 60,9% dan tanah liat sebesar
17,4%, dan kandungan humus sebesar 21,7%. Sampel tana dengan kedalaman 60 cm
mengandung pasir sebesar 53,7%, tanah liat sebesar 29,9% dan humus 16,4%.
Dari data ketiga sampel
diatas dapat disimpulkan bahwa sampel tanah dengan kedalaman 40 cm memiliki
tingkat kesuburan yang cukup tinggi yaitu sebesar 21,7% dibandingkan dengan
sampel yang lainnya. Jika ingin mengolah lahan maka disarankan untuk membalik
tanah dengan kedalam 40 cm. Dengan tujuan agar unsur hara yang ada bisa
dimaksimalkan.
Tabel pengamatan sampel tanah 2 (Diluar lahan)
No
|
Nama Bahan Penyusun
|
Kedalaman tanah
|
Keterangan
|
|||||
20 cm
|
40 cm
|
60 cm
|
||||||
P
|
%
|
P
|
%
|
P
|
%
|
|||
1
|
Pasir
|
10
|
41,7 %
|
15
|
34,5 %
|
15
|
36,6 %
|
Terdiri dari pasir dan krikil
|
2
|
Tanah
Liat
|
3,5
|
14,6 %
|
18
|
41,4 %
|
6
|
14,6 %
|
-
|
3
|
Humus
|
10,5
|
43,7 %
|
10,5
|
24,1 %
|
20
|
48,8 %
|
-
|
Jumlah
|
24
|
100 %
|
43.5
|
100 %
|
41
|
100 %
|
-
|
Dalam satuan cm
Sampel Tanah kedalaman 20 cm
|
Sampel Tanah kedalaman 40 cm
|
Sampel Tanah kedalaman 60 cm
|
Dari data diatas dapan
disimpulkan bahwa unsur hara yang ada di sampel tanah dengan kedalaman 20 cm
yaitu sebesar 43,7% sudah mulai mengalami pemulihan yang cukup baik,
dikarenakan tanah tersebut bekas galian sungai. Sementara itu, kandungan pasir,
batu krikil, dll juga tidak kalah tingginya yaitu sebesar 41,7%. Sampel tanah
dengan kedalam 40 cm memiliki kandungan humus yang rendah dibandingkan dengan
lapisan yang lainnya yaitu sebesar 24,1%, sementara kandungan tanah liat dan
pasirnya sebesar 41,4% dan 35,5%. Sampel tanah dengan kedalam 60 cm memiliki
kandungan unsur hara yang paling tinggi dibandingkan dengan sampel yang
lainnya, yaitu sebesar 48,8 dan memiliki kandungan pasir dan tanah liat sebesar
36,6% dan 14,6%.
Diantara 3 sampel
tersebut menunjukkan bahwa sampel dengan kedalam 60 cm adalah sampel yang
memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Jika ingin menanam dilahan ini,
disarankan untuk mengolah/membalik lahan dengan kedalam lebih dari 60 cm.
Karena, kandungan unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan lebih tinggi dibandingkan
dengan sampel lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Sampel tanah
yang diambil didalam dan diluar lahan gedung 454 Politeknik Negeri Banyuwangi
menunjukkan bahwa kedua sampel tanah tersebut memiliki pH 6. Tanaman yang cocok
untuk ditanam yaitu cabe, kangkung, kacang hijau, kacang tanah, kacang kedelai,
jagung, padi, dll. Bahan-bahan penyusunan tanah memiliki beberapa lapisan, yang
paling umum lapisan tersebut antara lain, lapisan bawah yaitu terdiri dari
batu-batu, kerikil, dll, lapisan tengah terdiri dari lumpur/tanah liat, lapisan
atas terdiri dari tanah humus yang memiliki tingkat kesuburan untuk setiap
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Adimihardja,
A., I, Juarsah, dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh
penggunaan beberapa jenis dan takaran pupuk kandang terhadap produktivitas
tanah Ultisol terdegrasasi desa Batin, Jambi.hlm : 303-320.
Brady N.C, Weil, R.R. 2002. The Nature and Properties of Soil, 13th ed. Springer Netherlands.
Hakim, N.,
Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M.,Nugroho, S.G., Diha, M.A., HongG.B. and Bailey. H.H.
1986.Dasar-dasarilmutanah.Lampung.Universitas Lampung.Hal
488.
Mila,
Nini Rahni. 2012. Karakteristik pertumbuhan dan hasil jagung pada ultisols yang
diberi pupuk hayati dan pupuk hijau. Jurnal
Agriplus. 22 : 162-169.
Miller W.R and Donachue, R.L (1992). Soils
An introduction to soils and plant growth. Prentice Hall India. New Delhi-11001. 226-420pp.
Nurmasyitah,
Syafruddin dan Muhammad Sayuthi. 2013. Pengaruh jenis tanah dan dosis fungsi
mikoriza arbuskular pada tanaman kedeai terhadap sifat kimia tanah. Jurnal agista. 17 (3) : 103-110.
Provin T and Pitt, J.L. 2012. Managing Soil Salinity. Agricultural communication, The Texas A
& M University.
Tisdale S.L, Nelson W.L, Beaton J.D, and Halin J.L . 1993.Soil fertility and fertilizers. 5 edition Prentice Hall inc. Upper
Saddle River, New Jersey 07458,
USA. Pp45-561.
White, R.E (1979). Introduction
to the principles and practices of soil science. Blackwell Scientific
publications Oxford London. Pp417.
Yulafatmawita,
So, H. B,. Dalal, R. C,. And Menzies, N. W. 2003. CO2 emission from different agregate size fractions following
physical disruption: implication for tillage practices. Proceedings the 16 Triennial ISTRO conference, 13-18 july 2003,
Brisbane Queensland Australian. Pp1396-1402.
0 komentar:
Posting Komentar